Pemerintah AS Siagakan 8.500 Personil Tentara, Siap Bantu Menolong Ukraina

Jakarta - Militer Amerika Serikat (AS) pada Senin menyiagakan 8.500 pasukan yang siap dikerahkan ke Eropa jika diperlukan, di tengah ketegangan Ukraina dan Rusia setelah Rusia menempatkan pasukannya di dekat perbatasan Ukraina.

Walaupun keputusan ini tidak memperkuat dukungan AS untuk Ukraina, yang bukan anggota NATO, ini menunjukkan meningkatnya persiapan NATO atas apa yang diyakini Washington dan Kyiv bahwa langkah Rusia menggerakkan pasukannya dianggap sebagai potensi invasi ke Ukraina.

Juru bicara Pentagon, John Kirby menyampaikan, 8.500 pasukan AS diinformasikan terkait perintah siap dikerahkan sehingga mereka bisa mengisi barisan pasukan respon cepat NATO, jika aliansi memanggil mereka untuk bertugas.

Tetapi Kirby menekankan, Menteri Pertahanan AS juga menginginkan jumlah pasukan yang tidak ditentukan jumlahnya "siap untuk kemungkinan lain juga."

"Apa yang terjadi sekarang adalah membuat mereka siap dengan hambatan yang lebih singkat," jelas Kirby dalam jumpa pers.

"Hari ini, kami tidak membahas perintah pengerahan. Kami tidak ada perintah pengerahan untuk dibicarakan," lanjutnya, dikutip dari Reuters, Selasa (25/1).

Aliansi tersebut menggambarkan Pasukan Tanggap NATO (NRF) sebagai "kekuatan multinasional yang sangat siap dan berteknologi maju yang terdiri dari komponen darat, udara, maritim, dan Pasukan Operasi Khusus (SOF) yang dapat dikerahkan aliansi dengan cepat, di mana pun dibutuhkan."

NATO memperbesar NRF pada 2014 dengan membentuk "kekuatan ujung tombak" di dalamnya, yang dikenal sebagai Satuan Tugas Gabungan Kesiapan Sangat Tinggi.

Pengumuman AS ini disampaikan pada hari yang sama NATO menyampaikan pihaknya menyiagakan pasukannya dan memperkuat Eropa timur dengan lebih banyak kapal dan jet tempur, dan juga dapat mengirim pasukan tambahan ke sisi tenggara, yang dikecam Rusia sebagai peningkatan ketegangan di Ukraina.

Sejauh ini, NATO memiliki sekitar 4.000 tentara di batalyon multinasional di Estonia, Lituania, Latvia dan Polandia, didukung oleh tank, pertahanan udara dan unit intelijen dan pengawasan.

Rusia membantah merencanakan invasi. Tetapi, setelah merekayasa krisis dengan mengepung Ukraina dengan pasukan dari utara, timur dan selatan, Moskow sekarang menyebut tanggapan Barat sebagai bukti untuk mendukung narasinya bahwa Rusia adalah target agresi, bukan penghasut agresi.

Kirby mengatakan, Rusia bisa dengan mudah menurunkan ketegangan dengan menarik mundur pasukannya. Namun menurutnya hal itu belum memungkinkan.
"Sangat jelas Rusia saat ini tidak ada ketegangan untuk menurunkan ketegangan," pungkasnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemerintah China Laporkan Kasus Pertama Varian Omicron

Sekjen PBB Antonio Guterres Melakukan Karantina Mandiri Setelah Terpapar Covid-19

Ada Sekitar Puluhan Negara Miskin yang Menolak 100 Juta Vaksin Karena Hampir Kadeluwarsa